Wednesday, August 27, 2008

You Are What You WROTE???

Beberapa hari ini gw sempet mengingat-ingat pada beberapa orang yang pernah dengan “rude” alias kasarnya menyapa gw di YM. Mulai dari ajakan tidur, selingkuh, sampai mempertanyakan hal-hal yang absurd… so absurd sampai2 alis elo bisa naik kebingungan… hohoho…

Awalnya it’s quite surprised & annoyed me…
And pastinya gw bertanya…
Apakah gw kenal dengan org tsb?
What did I do to you?

And the answer is.. No… they don’t know me..
And they hate cuz what I wrote and plus rumors…
Hellooooo.. :p… Infotainment is the best news yah? Nga tau bener ato salah…:p
Tapi sekarang sih udah biasa banget ;)

Yang sempet bikin gw tambah surprised..
One of them adalah penulis novel…
Gubrak nga sih…

Rumor said… [the best info rite.. huahhahaha]
One of my patner’s friend…
She is a writer.. and dia pernah janjian sama temannya yg juga teman dari novelis tsb..
Tapi harus batal karena sang novelist tsb nga mau ketemuan sama temenku..

Wondering why donk??
Sesama penulis bukannya demen tuh untuk ketemuan and berbagi ilmu…???
Ternyata nga juga lohh and yang bikin gw kegubrak…adalah reason-nya itu lohh…
Reasonnya : Novelist tersebut nga suka sama gaya penulisan temen gw yg sangat berbeda dengan dia.. dan she also nga demen sama “lesbian idealist”..
Gubrak!!! Nga sih loe pas denger rumor tsb…
Terlebih..secara biasanya novelist tersebut suka banget membanggakan diri dengan karya2nya... [kagak ada hubungan yah? I mean dia sangat narsis tingkat tinggi dengan kepandaian dan juga kepopulerannya...]

Well..
Its quite surprised me.. Very-very surprised me..
Walaupun sekedar rumor alias gossip di tengah malam…

But its make me wondering…
Is it.. “What you see is what you get?” “You are what you eat?”??
Apakah “peribahasa” tersebut tersebut berlaku dalam penulisan opini?
Dapatkan seseorang dinilai dari opini/karya2/topik2 yang ditulisnya?
Dalam hal ini “You are what you read/wrote?

Dapatkah orang menilai seseorang dari tulisannya??
Apa bedanya dengan menjudge seseorang dari penampilannya??

Well..this is just another question from my twisted mind…

You could never guess someone personality…
Not even when you already sleep and live together ;)
Human beings are complex system…
All you can do to understand them.. is by entering the matrix… huahahhaha..
[kagak nyambung euy…tau ahh gelap.. ]

diclaimer nih: tulisan tsb tidak untuk memojokan sapapun. Kalo merasa terpojokan yah minggirlah dari pojokan tsb. :p cari jalan gitu loh.. Ini hanya contoh.. dari rumors yg beredar.. Kalo salah.. cuek aja.. kalo bener.. yahh.. terserah.. :D
Again this is just another twisted question from my twisted mind ;)

Always think positive to have a positive result…

Monday, August 25, 2008

"KAPALNYA ORANG-ORANG TOLOL "

Nyangkut di blog mas peter ttg donut, trus ketemu juga cerpen ini and selanjutnya.. silakan dibaca dulu cerpen yg menarik ini...


"KAPALNYA ORANG-ORANG TOLOL "

oleh : Ted Kaczynski (1999)

Pada suatu ketika, seorang kapten dan para perwira dari sebuah kapal merasa yakin atas perjalanan mereka mengarungi lautan, penuh percaya diri dan bangga dengan diri mereka sendiri, sehingga mereka menjadi gila. Mereka membelokkan kapal mereka ke utara dan berlayar hingga mereka berpapasan dengan gunung-gunung es dan gumpalan-gumpalan es terapung yang berbahaya, dan mereka tetap berlayar ke utara menuju perairan yang semakin berbahaya, semata-mata demi memberikan kesempatan pada diri mereka sendiri untuk melakukan perbuatan-perbuatan pelayaran yang jauh lebih brilian.
Sebagaimana kapal tersebut mencapai garis lintang yang semakin tinggi, para penumpang dan awak kapal semakin merasa tak nyaman. Mereka mulai berselisih di antara mereka sendiri dan mengeluhkan kondisi-kondisi hidup mereka.

“Aku menggigil,” ujar seorang jurumudi, “Seakan inilah pelayaran terburuk yang pernah aku lakukan. Dek penuh dengan es; saat aku melongok keluar, angin menusukku seperti pisau menembus jaketku; setiap saat aku menghindari karang aku harus menggerakkan seluruh jemariku yang membeku; dan untuk semua itu aku hanya mendapatkan lima shilling per bulan yang menyedihkan!”
“Kau pikir apa yang kamu terima itu buruk!” ujar seorang penumpang perempuan, “Aku tidak bisa tidur di malam hari karena dingin. Para perempuan di kapal ini tidak mendapatkan selimut sebanyak yang didapatkan para lelaki. Hal ini tidak adil!”
Seorang kelasi Meksiko menimpali, “¡Chingado! Aku hanya mendapatkan setengah dari upah para pelaut Anglo. Kami membutuhkan banyak makanan agar menjaga tubuh kami agar tetap hangat di tengah iklim seperti ini, dan aku tidak mendapatkan jatahku; para Anglo mendapatkan lebih banyak. Dan yang paling buruk dari semua hal tersebut adalah bahwa mereka selalu memberi perintah padaku dalam bahasa Inggris, bukannya Spanyol.”
“Aku memiliki lebih banyak alasan untuk mengeluh dibanding siapapun juga,” ujar seorang kelasi Indian Amerika, “Apabila para muka pucat tidak merampok tanah-tanah leluhurku, aku tak akan berada di atas kapal ini, di sini di antara gunung es dan angin Arctic. Aku akan hanya mendayung kano di sebuah danau yang indah dan tenang. Aku layak diberi kompensasi. Dan pada akhirnya, sang kapten harus membiarkanku ikut bermain judi agar aku bisa mendapatkan uang.”

Seorang homoseks turut berkata, “Kemarin seorang perwira pertama menghinaku karena aku melakukan oral seks. Aku berhak melakukan oral seks tanpa harus mendapatkan penghinaan.”

“Bukan hanya manusia yang diperlakukan tak adil di atas kapal ini,” seling seorang penyayang binatang yang berada di antara para penumpang, suaranya gemetar penuh kemarahan, “Kenapa, minggu lalu aku melihat perwira kedua menendang anjing kapal ini dua kali.”

Salah seorang dari para penumpang adalah seorang profesor universitas. Dengan meremas-remas tangannya, ia menyatakan, “Semua ini mengerikan! Tak bermoral! Rasisme, seksisme, homofobia dan pengeksploitasian kelas pekerja! Ini adalah diskriminasi! Kita harus memiliki keadilan sosial: upah yang setara bagi kelasi Meksiko, upah lebih tinggi bagi semua kelasi, kompensasi bagi Indian, jumlah selimut yang sama bagi para perempuan, sebuah hak yang dijamin untuk melakukan oral seks, dan tak ada lagi tendangan terhadap anjing.”
“Ya, ya!” seru para penumpang. “Aye-aye!” seru para awak kapal. “Ini semua adalah diskriminasi! Kita harus menuntut hak-hak kita!”
Seorang awak kabin berdehem.

“Ehm. Kalian semua memiliki alasan-alasan yang bagus untuk dikeluhkan. Tetapi bagiku tampaknya apa yang harus kita lakukan adalah memutar kapal ini dan berlayar kembali menuju selatan, karena apabila kita terus berlayar ke utara sudah pasti cepat atau lambat kita akan tenggelam, dan kemudian, upah kalian, selimut kalian, hak kalian untuk melakukan oral seks, tak akan berguna lagi, karena kita semua tenggelam.”
Tetapi tak seorangpun yang memperhatikan dirinya, karena ia hanyalah seorang awak kabin.

Sang kapten dan para perwira, dari stasiun mereka di atas dek buritan, telah melihat dan mendengarkan. Kini mereka tersenyum dan berkedip pada sesamanya, dan dengan satu gerakan saja dari sang kapten, seorang perwira ketiga turun dari atas dek buritan, melangkah menuju ke tempat di mana para penumpang dan awak kapal berkumpul, sambil menembus kerumunan. Ia memasang mimik muka serius di wajahnya dan lantas berkata, “Kami para perwira menyatakan bahwa beberapa hal yang tak termaafkan sedang terjadi di kapal ini. Kami tidak menyadari seberapa buruk situasinya hingga kami mendengar keluhan-keluhan kalian. Kami adalah orang-orang yang beritikad baik dan ingin melakukan tindakan-tindakan yang benar bagi kalian. Tetapi, yah, sang kapten cenderung konservatif dan melakukan caranya sendiri, dan mungkin harus sedikit didorong dulu sebelum ia membuat beberapa perubahan-perubahan yang substansial. Menurut pendapatku pribadi, apabila kalian memprotes dengan giat-tetapi dengan tetap damai dan tanpa melanggar aturan-aturan di atas kapal ini-kalian akan menggoyangkan sang kapten dari kebekuannya dan memaksanya agar mengurusi masalah-masalah yang baru saja kalian keluhkan.”

Setelah mengatakan hal tersebut, perwira ketiga tersebut kembali ke atas dek buritan. Sebagaimana ia pergi, para penumpang dan awak kapal berseru kepadanya, “Moderat! Reformis! Liberal yang sok baik! Kakitangan kapten!” Tetapi mereka melakukan juga apa yang diucapkan sang perwira. Mereka berkumpul di sebuah sisi kapal di hadapan dek buritan, meneriakkan hinaan-hinaan terhadap para perwira dan mengajukan tuntutan untuk hak-hak mereka, “Aku ingin upah lebih tinggi dan kondisi-kondisi kerja yang lebih baik,” seru jurumudi. “Jumlah selimut yang sama bagi perempuan,” seru sang penumpang perempuan. “Aku ingin menerima perintah dalam bahasa Spanyol,” seru sang kelasi Meksiko. “Aku ingin mendapatkan hak untuk mengikuti permainan judi,” seru sang kelasi Indian. “Aku tidak ingin dihina,” seru sang homoseks. “Tak ada lagi yang menendang anjing,” seru sang penyayang binatang. “Revolusi sekarang juga,” seru sang profesor.

Sang kapten dan para perwira berkumpul dan melakukan rapat selama beberapa menit, saling berkedip, mendengus dan tersenyum beberapa saat antara satu sama lain. Kemudian sang kapten melangkah ke depan dek buritan dan, dengan memperlihatkan itikad baiknya, menyatakan bahwa upah sang kelasi yang cakap akan dinaikkan sebanyak enam shilling per bulan; upah kelasi Meksiko akan dinaikkan sebanyak dua pertiga dari kelasi Anglo, dan perintah untuk menjalankan kapal akan diucapkan dalam bahasa Spanyol; para penumpang perempuan akan menerima tambahan satu selimut; kelasi Indian akan diperbolehkan untuk bermain judi setiap Sabtu malam; sang homoseks tak akan dihina selama ia tetap melakukan oral seks di tempat yang tertutup; dan anjing tak akan ditendang kecuali anjing tersebut melakukan tindakan yang benar-benar nakal, seperti mencuri makanan dari dapur.

Para penumpang dan awak kapal merayakan keputusan-keputusan tersebut sebagai sebuah kemenangan besar, tetapi keesokan harinya mereka kembali merasa tak puas.
“Enam shilling per bulan itu terlalu sedikit, dan jari-jariku masih membeku saat aku menjalankan kapal,” umpat sang juru mudi. “Aku masih tidak mendapatkan upah yang sama dengan para kelasi Anglo, ataupun makanan yang cukup untuk iklim yang seperti ini,” ujar sang kelasi Meksiko. “Kami perempuan masih tidak mendapat cukup selimut untuk membuat badan kami hangat,” ujar sang penumpang perempuan. Para kelasi dan penumpang lain menyuarakan keluhan-keluhan yang serupa, dan sang profesor mengambil kesimpulan dari semuanya.

Saat mereka semua telah selesai berbicara, sang awak kabin berkata-kali ini dengan suara lebih keras sehingga yang lain tak akan lagi tak memperhatikannya.
“Memang sangat buruk apabila anjng tersebut ditendang hanya karena mencuri sedikit roti dari dapur, dan apabila para perempuan tidak mendapatkan jumlah selimut yang setara, dan sang jurumudi membeku jemarinya, dan aku juga tidak melihat alasan mengapa homoseks tidak boleh melakukan oral seks kapanpun ia mau. Tetapi perhatikan seberapa tebal gunung-gunung es sekarang, dan bagaimana hembusan angin semakin kencang dan semakin kencang! Kita harus mengubah arah kapal ini kembali ke selatan, karena apabila kita tetap meluncur ke utara kita akan menabrak dan tenggelam.”
“Oh ya,” ujar sang homoseks, “Bukankah mengerikan apabila kita terus berlayar ke utara. Tetapi mengapa aku harus melakukan orang seks di tempat tertutup? Mengapa aku harus mendapat penghinaan? Bukankah aku setara dengan orang lainnya?”
“Berlayar menuju utara memang mengerikan,” ujar sang penumpang perempuan, “Tetapi tidakkah kau lihat? Itu alasannya mengapa perempuan membutuhkan lebih banyak selimut agar tetap hangat. Aku menuntut jumlah selimut yang setara bagi perempuan, sekarang juga!”

“Cukup benar,” ujar sang profesor, “Bahwa berlayar ke utara memberikan kesulitan-kesulitan pelayaran yang lebih besar bagi kita semua. Tetapi mengubah arah haluan ke selatan jelas tidak realistis. Engkau tak dapat mengembalikan waktu. Kita harus bersikap dewasa dalam berurusan dengan situasi seperti ini.”
“Lihat,” ujar sang awak kabin, “Apabila kita membiarkan empat orang gila di dek buritan itu menjalankan apa yang mereka mau, kita semua akan tenggelam. Apabila kita dapat membawa kapal ini keluar dari bahaya, maka barulah kita bisa mulai khawatir tentang kondisi-kondisi kerja, selimut bagi para perempuan, hak untuk melakukan oral seks. Tetapi pertama-tama kita harus membuat kapal ini berbalik arah. Apabila beberapa dari kita bekerjasama, membuat rencana dan memperlihatkan sedikit keberanian, kita dapat menyelamatkan diri kita semua. Tidak perlu terlalu banyak-enam atau delapan orang saja cukup. Kita dapat mengambil alih buritan, menyingkirkan mereka dari posisinya, dan membelokkan kapal ke arah selatan.”
Sang profesor mendenguskan hidungnya dan bersuara keras, “Aku tidak percaya pada kekerasan. Itu tak bermoral.”

“Sangat tidak etis untuk menggunakan kekerasan,” ujar sang homoseks.
“Aku takut pada kekerasan,” ujar sang penumpang perempuan.
Sang kapten dan para perwira telah melihat dan mendengarkan selama beberapa saat. Dengan sebuah sinyal dari sang kapten, perwira ketiga melangkah turun ke dek utama. Ia melangkah menuju ke arah para penumpang dan awak kapal, berkata pada mereka bahwa masih juga banyak masalah di atas kapal.
“Kita telah membuat beberapa kemajuan,” ujarnya, “Tetapi masih banyak yang harus dilakukan. Kondisi-kondisi kerja bagi jurumudi masih sulit, kelasi Meksiko masih mendapat upah yang tak setara dengan kelasi Anglo, para perempuan masih juga tidak mendapatkan selimut yang sama banyak dengan para lelaki, permainan judi Sabtu malam bagi sang Indian juga masih berupa kompensasi yang jauh dari cukup atas tanahnya yang hilang, sama sekali tak adil bagi homoseks apabila ia hanya boleh melakukan oral seks di tempat tertutup, dan anjing itu masih juga ditendang.

“Aku pikir sang kapten harus didorong lagi. Akan sangat membantu apabila kalian menyelenggarakan protes lagi-selama tidak dengan kekerasan.”
Sebagaimana sang perwira ketiga berjalan kembali ke buritan, para penumpang dan awak kapal mengeluarkan hinaan-hinaan padanya, tetapi mereka juga tetap menjalankan apa yang sang perwira katakan dan berkumpul di depan buritan untuk melakukan protes lagi. Mereka berseru dan mengoceh serta mengacungkan kepalan tangan mereka, dan bahkan mereka juga melemparkan sebuah telur busuk pada sang kapten (yang mana dengan lihai dielakkannya).

Setelah mendengarkan keluhan-keluhan mereka, sang kapten dan perwira berkumpul dan melakukan sebuah rapat, yang mana selama rapat mereka saling berkedip dan meringis dengan sesamanya. Kemudian sang kapten melangkah ke depan dek buritan dan menyatakan bahwa sang jurumudi akan diberi sarung tangan agar jemarinya tetap hangat, kelasi Meksiko akan menerima upah yang setara dengan tiga per empat upah kelasi Anglo, para perempuan akan mendapatkan tambahan selimut, kelasi Indian diperbolehkan berjudi pada Sabtu malam dan Minggu malam, sang homoseks diperbolehkan melakukan oral seks di manapun setelah hari gelap, dan tak ada seorangpun yang boleh menendang anjing tanpa seijin kapten kapal.

Para penumpang dan awak kapal bergembira atas kemenangan revolusioner besar ini, tetapi keesokan harinya mereka kembali merasa tak puas dan mulai menggerutu atas kesulitan-kesulitan yang sama dalam pelayaran tersebut.
Kali ini sang awak kabin menjadi marah.

“Kalian tolol!” teriaknya, “Tidakkah kalian lihat apa yang sang kapten dan para perwiranya lakukan? Mereka terus membuat kalian berpikir pada kesialan-kesialan tak penting seperti selimut dan upah dan anjing yang ditendang sehingga kalian tidak akan berpikir tentang apa yang sebenarnya salah dengan kapal ini-bahwa kapal ini terus berlayar semakin dan semakin jauh ke utara dan kita semua akan tenggelam. Apabila saja beberapa dari kalian sadar, bekerjasama, dan mengambil alih buritan, kita dapat memutar arah kapal ini dan menyelamatkan kita semua. Tapi semua yang kalian lakukan hanyalah mengeluhkan isu-isu remeh seperti kondisi-kondisi kerja dan permainan judi dan hak untuk melakukan oral seks.”

Para penumpang dan awak kapal mulai naik darah. “Menyedihkan!” seru sang Meksiko, “Apakah pikirmu memang wajar kalau aku hanya mendapatkan tiga per empat upah seorang kelasi Anglo? Bukankah itu menyedihkan?”
“Bagaimana bisa engkau menyebut kesialanku ini tidak penting?” seru sang homoseks, “Tidakkah engkau tahu bahwa dihina itu sangat menyakitkan?”
“Menendang anjing itu bukanlah sebuah isu yang remeh!” seru sang penyayang binatang, “Hal tersebut tak berperasaan, kejam dan brutal!”
“Baiklah kalau begitu,” jawab sang awak kabin, “Isu-isu tersebut tidak remen dan penting. Menendang anjing adalah tindakan yang kejam dan brutal, serta sangat menyakitkan kalau dihina. Tetapi dibandingkan dengan masalah utama kita-dibandingkan pada fakta bahwa kapal kita masih mengarah ke utara-kesialan-kesialan kalian menjadi sesuatu yang remeh dan tak penting, karena apabila kita tidak sesegera mungkin mengubah arah kapal ini, kita semua akan tenggelam.”

“Fasis!” ujar sang profesor.
“Kontra-revolusioner!” ujar sang penumpang perempuan. Dan seluruh penumpang serta awak kapal saling berbicara di antara mereka sendiri, menyebut sang awak kabin sebagai seorang fasis dan kontra-revolusioner. Mereka mendorong sang awak kabin ke pinggir dan kembali menggerutu tentang upah, tentang selimut bagi para perempuan, dan tentang hak untuk melakukan oral seks, dan juga tentang bagaimana anjing harus diperlakukan.
Kapal tersebut tetap berlayar ke arah utara, dan setelah beberapa saat, kapal tersebut terjepit hingga hancur di antara dua buah gunung es dan semua orang tenggelam.

The End.

Theodore John Kaczynski (born May 22, 1942), also known as the Unabomber, is an American mathematician and social critic who carried out a campaign of bombings and mail bombings. Kaczynski was born in Chicago, Illinois, and was considered a genius at a young age. He attended Harvard University, and earned a Ph.D. in mathematics from the University of Michigan specializing in geometric function theory. He became an assistant professor at the University of California, Berkeley, at age 25, but resigned two years later. In 1971, he then moved to a remote cabin in Lincoln, Montana. From 1978 to 1995, Kaczynski sent bombs to targets including universities and airlines.

On April 24, 1995, Kaczynski sent a letter to The New York Times, promising "to desist from terrorism" if The New York Times or The Washington Post published his manifesto. In his Industrial Society and Its Future (also called the "Unabomber Manifesto"), he argued that his actions were an extreme but necessary tactic to attract attention to the erosion of human freedom necessitated by modern technologies requiring large-scale organization.

The Unabomber was the target of one of the most expensive investigations in the Federal Bureau of Investigation's (FBI) history. Before Kaczynski's identity was known, the FBI used the handle "UNABOM" ("UNiversity and Airline BOMber") to refer to his case, which resulted in the media calling him the Unabomber. Despite the FBI's efforts, he was not caught as a result of this investigation. Instead, his brother recognized Ted's style of writing and beliefs in the manifesto and tipped off the FBI. To avoid the death penalty, Kaczynski entered into a plea agreement, under which he pled guilty and was sentenced to life in prison with no possibility of parole.

Sunday, August 24, 2008

Pisang ato Donat??

Dognuts?!

http://veganlion13.blogspot.com/2008/08/dognuts.html



Seorang kawan IT di sebuah perusahaan asing bernama Pak Marsel [http://www.beingdad.net/?p=21] mengadakan beberapa test yg diambil dari beberapa donut yg berbeda yaitu donut Jco, Dunkin, Country style, fresco, qbiq and i-crave. Dari beberapa teman ternyata donuts jco menjadi yg paling laku di pasaran dibanding donut yang lain.. ok mari kita lihat satu persatu..



Donat Jco, dibeli tanggal 26 nov 2007... di kemas dalam plastik dan dibiarkan, hasilnya sampai pada saat foto ini diambil (16 agustus 2008) masih dalam keadaan baik, tidak keras dan sepintas lalu seperti donut baru.. gimana seandainya donut ini berada dalam lambung kita.



Selanjutnya kita check dunkin donuts.. 26 nov 2007.. masih dalam keadaan yg lebih baik tapi dia menjadi keras, warna tidak berubah dan tidak berbau.. satu point yg baik yaitu donuts menjadi keras.



Country style.. 19 nov 2007.. nampak masih bagus, warna tdk berubah tetapi berjamur dan donuts menjadi keras.. satu point yg baik ialah donut ini berjamur dan menjadi keras..



Donut Kentang Fresco... donut ini menjadi lumer coklatnya, dan donutnya menajdi sangat lembek dan tidak menarik, good.



Better... itu yg pantas untuk donuts yang satu ini... donut q_biq ini membusuk sebagaimana mustinya makanan basi padahal ia dibeli tanggal 13 june 2008.. layak untuk dikonsumsi lah...



ok untuk The Best donut pilihan blog ini jatuh pada donut i-crave... dia benar2 membusuk... layak untuk dikonsumsi massal.

So... bagaimana kawan2? masih suka begaol di mall sambil makan donuts import? its up to you lah.. n ini bukan sebuah wacana tanpa alasan dgn maksud kepentingan bisnis or menyudutkan secara sepihak, its just a stupid blog n stupid topic...

Wednesday, August 20, 2008

Monyet koq intelek?

Terinspirasi dari Bu Donat soal intelek...[indomie telor kornet keju? hehehe...]

Dari bahasa inggris Intellectual.

Wikipedia : An intellectual (involving thought and reason) is one who tries to use their intelligence and analytical thinking in either their profession or personal pursuits.

"Intellectual" can be used to mean, broadly, one of three classifications of human beings:

1. An individual who is deeply involved in abstract erudite ideas and theories.

2. An individual whose profession solely involves the dissemination and/or production of ideas, as opposed to producing products (e.g. a steel worker) or services (e.g. an electrician). For example, these include lawyers, professors, politicians, entertainers, and scientists.[1]

3. Third, “cultural intellectuals” are those of notable expertise in culture and the arts, expertise which allows them some cultural authority, which they then use to speak in public on other matters.

Walaupun gw buta English…
Tapi penjelasan dari Mas. Wiki tentang intelek atau kerennya Intellectual kayaknya udah cukup ok banget ;)
Intelek biasa dipakai untuk menyebutkan, menamai orang-orang yg mempunyai salah satu atau 3 klasifikasi diatas … [CMIIW.. maklum lah.. dodol banget soal bahasa :P]

Yang aneh tapi nyata.. Sadar ato nga…
Semua orang berusaha menampilkan citra/image “intelek” pada blog atau tulisannya..
Dengan comment2 yang mendukung.. walaupun tidak mengerti..
Dengan bukti2 panjang lebar lengkap dari seantero dunia… bagaikan pengacara kasus besar..
Dan tulisan-tulisan lain yg mungkin sulit dipahami orang awam..
aarrghh....apalagi saya, se-ekor monyet imut ;)

Kalo saya... lebih seneng kalo disebut dan diingatkan kalo saya tidak intelek.. [thanks buat bu donat ;)]
Daripada saya menjadi pongah dan sok keren, sok pintar.... dengan ke intelek-an saya..
Lebih baik saya bermain-main dengan mata belekan saya…
Bergelayutan dari pohon ke pohon..
Bermain-main dan mengali ilmu dari alam…
Dan terus belajar …

Life is too short…
Make it simple and enjoy..

Pertanyaan saya nih....
Seberapa penting kah image intelek dimata kamu?
Apakah ada pengukuran untuk kadar intelek?

Monday, August 18, 2008

Senioritas = kri-TIKUS??

Yang Muda Dipandang Sebelah Mata.
Pastinya tau donk, iklan rokok yang terkenal itu.. Rokok dengan iklan2 yang paling menyentil realita2 yang terjadi di Indonesia. Menjadi Slogan yang cukup popular banget dikalangan anak muda sekarang, baik di tempat kuliah ataupun kerja.

Kalo saya lebih melihatnya sebagai Syndrome Senioritas.
Sistim senioritas..
Senior yang harus dihormati…
Senior lebih banyak pengalaman, sehingga masukan kritik ataupun saran dari senior menjadi “sangat penting”…

Sistim yang sudah puluhan tahun berjalan..
Sistim yang sudah mendarah daging di urat2 manusia…
Tapi sistim yang “bisa” menghambat perkembangan anak muda..

Menjadi volunteer dari suatu lembaga lesbian muda…
Ternyata sangat memberikan pelajaran2 yang tentang Syndrome Senioritas ini..

Senior yang dengan bangganya dengan pengalamannya.
Yang diharapkan bisa mengulurkan bantuan dan menjadi support..
Tetapi hanya ada ratusan alasan ketika support dan bantuannya saran diperlukan.
Dan dalam seketika akan menjadi Kritikus handal untuk semua kegiatan.

Dalam 2 tahun selama saya menjadi seorang volunteer pada lembaga lesbian muda tersebut.
Banyak sekali kegiatan social work yang telah diselengarakan…
Semua ditujukan untuk menjadi wadah para lesbian muda, untuk bisa berkembang dan menjadi lesbian yg OK.

Dan ketika social work tersebut menjadi buah bibir….
Ribuan Kritikus Handal bersemangat untuk menjadi bagian karya social work tersebut. Memberikan cibiran-cibiran.. mestinya begini..mestinya begitu.. bagaikan dihujani dengan tetesan air liur berisi jarum beracun...

Seperti yang dituturkan dari seorang Senior Lesbian yang juga bekerja sebagai editor di salah satu penerbit buku pada bedah buku Pelangi Perempuan di Galeri Cemara.
“Belajar donk dari yang tua/dewasa... jadi nga keluar produk yang mentah.
Dari jaman 20 tahun dulu.... sepertinya persoalan jalan di tempat, masih berputar2 persoalan yg sama... angkat tema yg itu itu aja. Emang org berpikir masalah lu itu penting apa?! Mang org lain gak punya masalah??”

Senior tersebut juga berkata bahwa Buku Pelangi Perempuan adalah suatu kesia-siaan dengan menghabiskan budget dari lembaga donor…
Walaupun saya bukan penulis sastra dan juga bukan kritikus…
Saya juga bisa melihat bahwa buku Pelangi Perempuan sangat jauh dari nilai kesempurnaan dari buku-buku yang biasa dijual dipublik.

Tetapi buat saya…
Buku tersebut bernilai lebih uang yang telah dikeluarkan atau harga jual Rp. 30 ribu..
Karya-karya lesbian muda yang dipilih dengan oleh Cok Sawitri sebagai editor..
Terpilih dari ratusan karya lain yg mengambarkan kekelaman, kesedihan, dll dsb..
Dipilih karena dirasakan dapat dikembangkan untuk menjadi penulis yang handal.
Dan dengan kemenangan yang diberikan...
adanya secercah harapan buat para penulis lesbian muda lainnya untuk bisa berkarya lebih baik.
Saya lebih melihat seperti pada film “Freedom Writer”


Yang menjadi Pertanyaan di benak saya….
Apakah senior tersebut merasa dirinya benar dan hebat? Dengan memberikan statement tersebut apakah tidak pernah terpikir akan memusnakan niat penulisan dari lesbian muda?

Dan di usia yang sama dengan menjadi lesbian muda.. apakah senior tersebut dulu pernah berbuat hal yang sama?

Buat saya…
Kritik yang membangun adalah kritik yang disertai dengan saran-saran ke depan..
Bukan kritik yang menghempaskan harapan-harapan para penulis muda dalam berkarya..
Bukan kah begitu?

Dan buat saya..
Mau dianggap senior yang Ok?
Tidak perlu undangan untuk mengisi kegiatan-kegiatan social work yang kami lakukan..
Tetapi langsung mengulurkan bantuan dan supportnya dengan ratusan bahkan ribuan saran yang positive.

Bukan saling menjatuhkan junior-juniornya…bahkan seorang Ayu Utami pun sempat berkata seperti itu.

Apa masih dalam syndrome Senioritas?
Yang Muda Dipandang Sebelah Mata?

I love who I am.. I live as lesbian.. I laugh at every mistake I’ve made..
And I learn for it..
I do not need critique for what I’ve done cuz I knew it’s a mistake…
But we do need positive input to add our knowledge.

Bukan begitu lebih baik?

Tuesday, August 12, 2008

FAQ dunia belokerz

FAQ (Frequently Asked Question) dunia belokerz..
1. ASL -
age sex location [Sex lebih berfungsi sebagai label.. misalnya butch or femme or andro...
2. Kulker? - dimana? - bagian/jurusan apa?
3. Tinggal dimana?
4. FB/FS ? [facebook atau friendster]
5. Sejak kapan belok?
6. Dibelokin or belok sendiri?
7. Single ato double?
8. Pernah sama cowok?
9. Berapa kali pacaran sama cewek?
10. Tahu id gw darimana? [kalo kenalan nga di room mirc]
============================================================

Bosen nga dengan FAQ di atas?
Standar awal percakapan di dunia maya belokerz.
FAQ yang membentuk mind set dan bayangan seperti apa sih lawan bicaranya..

Diawali dengan ASL.. Age Sex Location
[SEX dalam pertanyaan ASL lebih ke arah tentang Label, which is butch/femme/andro/NL alias no label]
Lebih tua? Lebih banyak pengalaman?
Label? Kalo butch ketemu butch jadi temen.. kalo butch ketemu femme.. wah.. sapa tau nih cantik ;)
Kalo ketemu no label? “Sama nga pake label2an”

[nah loh.. kalo nga pake label.. knapa harus tanya label??? hohoho]

FAQ No. 2-3 bisa dibilang sebagai tambahan nga penting…
sebagai hanya bumbu penyedap saja.. bahan pembicaraan.. biar nga terlalu “agresif”
untuk maju ke FAQ berikutnya…

Nah FAQ ke 4 ini.. terkadang bisa jadi paling bontot ato bisa jadi no. 2 setelah ASL.
Face book and friendster… alias foto kamu donk.. hohoho…
And circle of friends-nya[sapa tau ada yg lebih cakep gitu.. hohoho…untuk jadi question berikutnya..]

FAQ No. 5 – 6..
Sejak kapan belok? Dibelokin ato belok sendiri?
Another mind set..
Kalo udah dari kecil/puluhan tahun – kesannya pengalaman…
Kalo baru seminggu ato sedikit yg lalu – wehh.. new comer nih.. suit.. suit…

FAQ No. 7 – 9
Lebih untuk penguatan.. apakah lawan bicara bener2 belokerz ato tidak..
And sangat berguna untuk pertanya2an lainnya.. seputar enak mana cowok ato cewek? Hohohoho…

FAQ No. 10
Biasanya ini akan menjadi pertanyaan dari lawan bicara.
Kalo kenalnya bukan dari mirc..

Rata2 dari FAQ tsb akan diberikan oleh penanya dengan umur sekita 15 – 25 thn..
Tetapi tidak menutup kemungkinan diatas umur 25 thn tidak memberikan FAQ tsb.

And for me..
Udah eneq banget sama FAQ tsb… how bout you all?
Ada FAQ yg lebih eneq lagi nga?

Sunday, August 10, 2008

Ratih Kumala?? Nga banget deh..

Mengutip dari www.sepocikopi.blogspot.com - http://sepocikopi.blogspot.com/2008/08/rekonstruksi-penerimaan-homoseksualitas.html

"Penulis Ratih Kumala mengatakan novel Gerhana Kembar yang ditulis oleh
Clara Ng merupakan salah satu karya yang dapat mewujudkan harapan
tersebut karena memotret tokoh-tokoh heteroseksual yang akomodatif
terhadap kaum gay dan lesbian.

Dalam novel ini Clara hanya bercerita tanpa pretensi dalam frame
penerimaan. Ini jauh berbeda dengan novelnya Herlinatiens yang berjudul
Garis Tepi Seorang Lesbian,” Ratih berkata dalam diskusi buku Gerhana
Kembar yang mengangkat tema Perempuan, Seksualitas, dan Media di Goethe
Institute, Jakarta Pusat, Jumat 8 Agustus 2008 sebagai bagian dalam
rangkaian acara Q! Film Festival ketujuh.

Ia lebih lanjut menilai bahwa Herlina dalam novelnya lebih
“meledak-ledak” karena mengeksploitasi kemarahan seorang lesbian yang
membutuhkan pengakuan di tengah-tengah kerasnya tentangan masyarakat
terhadap kaum homoseksual.

Gerhana Kembar sendiri, diterbitkan awal tahun ini oleh Gramedia Pustaka
Utama, bercerita tentang seorang perempuan heteroseksual bernama Lendy,
yang menemukan bahwa neneknya Fola adalah seorang lesbian."

Sangat disayangkan dalam Bedah Buku Gerhana Kembar yang diadakan oleh Q FIlm Festival 2008, pada jumat tgl 08.08.08... seorang RATIH KUMALA sebagai penulis Tabula Rasa masih saja membanding2kan novel karya orang lain.

Mungkin gw bukan seorang penulis ataupun yang mendalami sastra.
Tapi apakah hal membanding2kan karya orang lain adalah kode etik dalam pembahasan bedah buku?

Mungkin karya Herlina tidak sebesar karya gerhana kembar..
tidak dieditor oleh editor2 kenamaan dan tidak dipublikasi oleh pihak gramedia.
Tapi apakah seorang RATIH KUMALA berhak membanding2kan novel karya herlina dengan kesan menjatuhkan didepan publik?

Well i dont know for sure..
tapi as far as I know..
semua novelis punya gaya sendiri2..

Tapi kenapa nga seorang RATIH KUMALA membandingkan tulisannya sendiri atau tulisan Albertien Endah??

Apakah herlina dianggap seorang lesbian yg masih meledak2 dan menceritakan dengan gamblangnya kehidupannya yang memang dihadapi atau tidak didalam novelnya? Itu adalah hak herlina sebagai penulis.. [ralat.. pembetulan.. mestinya "dianggap" sebelum text seorang lesbian ]

dan apakah Clara NG bisa kita anggap seorang lesbian? karena menuliskan cerita2 lesbian? Kembali lagi gw rasa itu haknya sebagai penulis...

dan apakah Albertine Endah mau "mengaku" telah mengeksploitasi kaum lesbian dalam karyanya "Jangan beri aku narkoba?" Kalo dia menulis narkoba dan hetero.. mungkin udah jadi hal yg umum.. Makanya dia mengeksploitasi kaum lesbian biar ada warna??

Yah gw cukup senyum aja sih...
karena gw sempet tertawa dalam hati and kurang respect sama Ratih Kumala...
apakah dia mau dibanding2kan dengan karya orang lain?? Misalnya AE ngebandingin tulisan dia dengan Clara didepan publik gitu?? Mau nga??

hehehehehe..

Friday, August 8, 2008

Love Live Laugh & Learn...

“ [Reff]
Kau hancurkan aku dengan sikapmu
Tak sadarkah kau telah menyakitiku
Lelah hati ini meyakinkanmu
Cinta ini membunuhku

Bagaimana caranya untuk
Meruntuhkan kerasnya hatimu
Ku sadari ku tak sempurna
….” [d’masive – cinta ini membunuhku]


Kalo lagi jadi agar2 swallow alias lagi mellow..

Kayaknya lagu tsb cocok banget jadi soundtracknya.

And gw rasa lagu tersebut juga cocok banget untuk menghiasi pepatah

"the virtue of love, is not finding the perfect person, but to love imperfect person, perfectly"

itu teorinya…


Prakteknya?

Lupa kalo semua soal teori..

Digantikan oleh emosi dan perasaan mendominasi..

Mau pacar yg perfect…

Yang bisa menerima diri ini apa adanya…

Kecewa, banyak nyebelinnya,

Dan ujung2nya putus.. karena ketidak sempurnaan pasangan..

Dia begini…Dia begitu…Bla.. bla.. bla..


Di tulisan ini?

Well..we love, live laugh and learn..

Love isn’t easy.. its bitter and sweet..

LOVE & HATE.. saling berhubungan.. kayak TOM & JERRY..

Tanpa Love.. nga aka ada HATE.. yang bisa bikin LOVE itu lebih real..

Yah.. a love journey that’s full of hidden trap & danger.

Perjalanan kayak Indiana Jones.. ke hutan, ketemu semut2 yg bisa mematikan, belum lagi ngadepin musuh2 lainnya.

Full of trick and blood.. penuh action deh…

Berdarah-darah.. sampe perlu perban dan handyplas sekarung.. :D

But that’s all you need to feel the real love..


Kalo belum berdarah-darah?

Belum pake perban??

Yahh.. we think that’s only a mini game of love…


What do you think?


[Yahh..a little bit action drama di siang bolong hari jumat ini..

But yahh.. we do need a little action drama untuk bikin hidup lebih hidup.. hehehe..

Thanks you buat ide penulisan ini.. ]

Wednesday, August 6, 2008

Growing Old and Alone

Mungkin hal tersebut menjadi salah satu alasan dari seorang lesbian akhirnya memilih menikah dengan pria. Untuk bisa hidup berkeluarga dan mempunyai anak. Sehingga pada tua nanti tidak kesepian?

Atau alasan untuk terus bersama pasangan yang sangat tidak cocok satu sama lainnya tetapi terus dijalankan karena masing-masing takut sendiri? Walaupun saling menyakiti, tetapi tetap ada teman berantem?

Or alasan untuk melarikan diri di DUGEM? Penuh dengan kesenangan & keramaian? Setiap malam penuh keramaian, senda gurau dan alcohol yang membuat hidup terasa lebih ringan?

Atau yang paling menyeramkan adalah alasan untuk mengakhiri hidup? Daripada nyusahin orang?

Growing Old, Alone [nga ada anak, nga ada family, nga ada patner]

Pemikiran yang sempat membuatku merinding dan berusaha untuk selalu tidak memikirkannya kembali. But its a FEAR FACTOR challenge yang harus dihadapin!

Terlahir di keluarga besar. Sempat hidup bagaikan kerajaan kingkong. :D [bukan babi yah.. hehehe]
1 ranjang bisa ber – 5. Rumah bisa berisi 3-4 keluarga. Bersaudara 4 orang, sepupu.. ratusan..
Pastinya penuh kan :D

Dan saat aku memilih untuk hidup di jalur belokerz alias jalur perbelokan alias jalur homosexual ini. Tidak ada satu pemikiranpun tentang hal ini.. maklum lah.. masih muda.. heheh

Hidup sendiri atau lepas dari keluarga justru sangat dicari-cari.
Dengan alasan kuliah jauh, kantor jauh, dll dsb.. pokoknya dicari beribu-ribu alasan untuk keluar dari rumah. Lepas dari himpitan keluarga dan bisa bebas.
Bebas pacaran, bebas pulang malem, bebas mau ngapain aja.. pokoknya bebas… :D

Gw sadar hidup tua bakalan tambah penuh perjuangan.. di saat gw melihat sosok lesbian tua yg hanya hidup dari belas kasihan teman2nya…
And make me realize.. duh nga banget..
I have my pride.. nga mau mengemis.

So I decided..
Growing Old and Alone.. is something I have to deal with.
Nga mau kabur dengan memilih menikah.. walaupun terkadang rayuan setan muncul di saat down.
Nga mau milih tinggal dengan seseorang yg bisa bikin Hell in the house..
Nga mau juga dugem sana sini.. cari cewek sana sini…
And yang terakhir.. nga mau banget bunuh diri.. ihhh syeremm.. di suntik aja udah takut.. hehehe..

What I have to do is..
Growing Old itu pasti... nga mungkin bisa ditolak lagi.
And yang pasti juga.. mati pun sendiri.. Tapi proses menuju mati nya itu.. yang harus dihadapi..

So..i learn and start to Think Positive…
Enjoy my life... tapi tetep NABUNG untuk hari tua.
Mulai dari ikutan asuransi, mulai belajar2 investasi, pokoknya NABUNG
And stay healthy.. biar tua masih sehat, bisa jalan2 kmana-mana, and nga ngerepotin orang. Terakhir adalah..Keep Your Family & Friends Close!
Nga ada hal yang lebih indah dengan spent your old time with your old friends or family ;D

Tuesday, August 5, 2008

Jangan Mau dibilang Baik!

Semua berlomba-lomba mencari label “BAIK” untuk dapat ditempelkan pada diri masing-masing. Teman baik, karyawan yg baik, ibu yg baik, dll dsb…

Buat gw.. “BAIK” itu suatu label dari masyarakat sama seperti juga Label “JAHAT”, “GAY”, “STRAIGHT”, dll dsb… Label dengan segala rules atau aturan2 mainnya yang dibuat oleh masyarakat dan didoktrin dari kecil.

Knapa jangan mau dibilang Baik?
Ini opini gw…begitu ada label “BAIK” ditempel di jidat loe…

Be very carefull! Disamping label baik itu ada gambar gelas.. alias fragile

Karena orang akan dengan mudah meretakan gelas tersebut.. begitu ada perbuatan yg tidak mendapat persetujuan dari lingkungan sekitarnya.. dan akan masuk kategori JAHAT…

Mungkin sering banget denger comment2 dari masyarat seperti ini :
“ ternyata nga sangka yah.. dari luar tampangnya baik.. ternyata hatinya jahat…”
Or sebaliknya “ternyata nga sangka yah…tampang jahat.. tapi hatinya baik banget tuh..”

Itu opini gw aja…
Baik dan Jahat ini dalam konteks general…
Bukan jahat seperti membunuh dll dsb…

so..Lebih baik luar hitam dalam putih? Atau luar putih dalam hitam?

a history of gay rights

Monday, August 4, 2008

Love is blind?

apa sih love itu?
banyak banget terjemahan "what is love"..
and pastinya ketemu juga soal "love is blind"

buta hati ?
sampe nga bisa lihat the "real" person dibalik sosok pacar kamu itu..?

buta diri?
sampe nga bisa lihat apa yg sdh dilakukan org tsb ke diri sendiri...?

buta otak?
sampe nga bisa mikir kalo udah dibutakan oleh cinta...cielahh..?

buat gw - cinta buta itu asyik koq..
bagaikan bermain "Hai buta"
menjalankan semua panca indera...suara, aroma, dan insting..
untuk menebak dimana gerangan yang bersembunyi....
mencoba berjalan perlahan-lahan.. meraba-raba.. sampai akhirnya menemukan..
nah.. baru deh buka matanya...

or versi vulgarnya?
bagaikan meraba2 mencoba membuka kancing dalam gelap untuk menemukan 2 buah gunung atau danau kenikmatan??

dah nemu?
yah.. terserah mau di apakan..
huahhahaha

for me love is blind..yes.. i agreed with that..
but how we manage the blindness into something fun and exiting... that's is our challenges ;)

Sunday, August 3, 2008

To Forgive & Forget?

Dari kecil..
kita selalu diajarkan untuk bisa memaafkan sesama...
karena Tuhan itu maha pengampun, dan sebagai anak tuhan.. kita pun harus bisa memberikan maaf kepada sesama...
Memaafkan dengan tulus.. dan memberikan kesempatan karena kita pun sering melakukan kesalahan.. [begitu katanya... :D]
Memaafkan dengan tulus.. dan melupakan kesalahan yg telah diperbuat di diri kita?
To Forgive n Forget...masih adakah hari gini yg bisa seperti itu??

Dilihat dari pelajaran lain.. kita diajarkan pula untuk belajar dari pengalaman atau kesalahan yg telah kita/org lain perbuat/alami.
Pernah ke cemplung ke kali/lobang? Pastinya besok2 nga ke cemplung 2x kan..menghindari kali/lobang tersebut kan..walaupun lobang tsb udah di tutup.. kalo masih inget.. tetep lah elo hindarin.. :D
“A donkey usually does not hit his foot twice to the same stone.”

So... apakah bisa percaya lagi 100 persen ke org2 yg pernah berbuat salah?
Kalaupun bisa, butuh waktu yg cukup lama kan.. [tergantung memori org dan juga pengalaman2 yg lain..]
Jadi buat gw pelajaran ini nga konsisten banget.....
pelajaran maaf memaafkan dengan tulus.. walaupun di hari lebaran...mesti di kaji ulang...

Versi gw..
Yg lupa diajarkan ke dari kecil adalah Menerima..
Menerima kondisi kalau kita sudah disakiti, dikejami/ dizolimi hati nya...cielahh...
tanpa menerima.. kita tidak akan bisa tidak akan bisa memaafkan ...

and for me… there's no such thing.. to forgive and forget.. [perhaps its only for GOD's]
yang ada and kurang lebih paling tepat di terapkan di masa2 sekarang adalah...
"To Accept, Forgive and not Forget"

Friday, August 1, 2008

Dibalik nama panggung..

Nama yang kupilih saat masuk ke dunia ini.
Ada yg menyebutnya “dunia glamour” atau “dunia persilatan” dan lain sebagainya
Dunia yang membuatku diriku nyaman dengan my sexual orientation sebagai lesbian.

Gabriel Jocelyn Vega
3 suku kata yang mempunyai arti masing2 di dalam hidupku

GABRIEL ~ God is my strength
Nama ini dipilih karena nama ini permintaan dari seorang sahabat terbaik-ku alm.
Dia bercita-cita memberi nama anaknya GABRIEL. This name is for you. Love you H, and thanks for everything.

JOCELYN ~ happy or joyfull
Sebelum diri kita bahagia kita tidak akan pernah bisa membahagiakan orang... Dan alasan ini juga nama ini dipilih. Dengan doa, that I hope I could give joy to everyone or at least make me as a joyful person

VEGA ~ a falling star
Gw cinta banget dengan bintang jatuh. Entah kenapa, dari kecil demen banget dengan bintang-bintang. So.. for the last name I pick this name… a falling star.. yg mungkin bisa mewujudkan semua harapan semua wish orang-orang yang aku sayangi.

dari 3 nama cantik tersebut.. just call me JoChan..
and perhaps someday you will meet my daughter with the same name..

Korupsi or not?

Ada yg bilang korupsi kantor dalam hal penggunaan fasilitas kantor untuk personal adalah hal yang sah. Selama bukan mengelapkan uang perusahaan loh…

Well mostly karena 30% hidup dihabiskan di tempat kerja..
So pastinya wajar2 saja lah korupsi fasiltas kantor…
Mulai dari kecil.. seperti telp, ngeprint2 resep, artikel, juga internet.
Kayaknya ini sudah hal yang biasa banget.. sudah tidak di anggap korupsi.

Buat gw ini salah satu contoh dari design dengan fasilitas kantor..
Selama kerjaan gw beres, boss senang.. and I’m also happy…

That’s live…
Make it simple and enjoy…